Jum’at 5/1/2024 minggu lalu, rupiah menutup perdagangannya dengan kelemahan mencapai Rp. 15.516 per dollar AS. Mengutip dari Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan pekan ini dengan penurunan 0,16% atau 25 poin ke level Rp. 15.516 per dollar AS. Adapun indeks dolar AS bergerak menguat 0,19% ke posisi 102,332.
Ekspektasi pasar bahwa The Fed akan memulai pelonggaran kebijakan pada awal Maret 2024 teredam ketika risalah rapat kebijakan Desember lalu menunjukkan sebagian besar pengambil kebijakan sepakat bahwa biaya pinjam harus tetap tinggi untuk beberapa waktu. Alhasil, pemangkasan suku bunga pada Maret 2024 memiliki kemungkinan yang kecil.
Disisi lain Ruters dalam pendapatnya menyampaikan bahwa kemerosotan dollar AS baru-baru ini tampaknya tidak berlangsung lama karena beberapa spekulasi telah mengurangi taruhan terhadap penurunan suku bunga The Federal Reserve yang agresif tahun ini.
Melemahnya nilai dollar AS sejalan dengan melemahnya harga emas dunia pada hari ini. Melemahnya harga emas seiring dengan imbal hasil US Treasury, dimana harga emas diprediksi akan volatile pekan ini karena menunggu data inflasi Amerika Serikat (AS).
Misalnya pada hari ini Senin (8/1/2024) harga beli fisik emas JFXGOLD X berada di posisi US$ 2.054,03 per Troy Ounce atau Rp. 1,023,934 per gram. Sedangkan harga jual fisik emas JFXGOLD X berada di posisi US$ 2.040,03 per troy ounce atau Rp. 1,011,397 per gram.
Melansir pada Reuters, Kepala Ekonomi Ameriprise Financial Services Russell Price mengatakan “Hal ini merupakan tanda lain bahwa perekonomian sedang mengalami moderasi. Namun sekali lagi hal ini merupakan hal yang baik jika pertumbuhan ekonomi melambat hingga mencapai kecepatan yang berkelanjutan” dalam penyampaiannya ia menambahkan “Hal ini mendukung dugaan The Fed melakukan tugasnya dengan baik dalam meningkatkan terjadinya soft landing”.
Naik turunnya harga emas sangat sensitif dengan pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dollar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dollar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil hingga US Treasury membuat emas kurang menarik.
Pergerakan harga emas tidak mudah untuk ditebak, hal ini menjadikan emas cocok sekali untuk investasi jangka panjang. Lalu bagaimana perkembangan harga emas kedepannya? Simak terus updatenya hanya di MetalNews.